Ada beberapa hikayat popular yang menceritakan asal usul kota yang berada di pesisir timur Kalimntan ini. Balikpapan merupakan kota minyak pertama di Kaltim yang dieksplorasi oleh Belanda. Pertempuran antara tentara Indonesia dan Belanda juga sempat memberi warna pada kota yang berkembang pesat ini.
Ada yang menceritakan bahwa ada sepuluh keping papan kayu yang kembali ke Jenebora dari 1.000 keping yang diminta oleh Sultan Kutai sebagai sumbangan bahan bangunan untuk pembangunan istana baru di Kecamatan Kutai Lama. Ke sepuluh papan yang balik itu disebut orang Kutai dengan istilah Balikpapan Tu. Sehingga wolayah sepanjang Teluk Balikpapan tersebut, tepatnya di Jenebora disebut Balikpapan.
Versi kedua bercerita dari Suku Balik (suku asli Balikpapan) adalah keturunan kakek dan nenek bernama Kayun Kuleng dan Papan Ayun. Sehingga daerah sepanjang teluk Balikpapan oleh keturunannya disebut Kuleng-Papan atau Balikpapan (dalam bahasa Pasir, Kuleng berarti Balik)
Kini Kota Balikapan merayakan hari jadi kota Balikpapan sejak tanggal 10 Pebruari 1897. Penetapan tanggal ini berasal dari sejarah kota Balikpapan yang melakukan pengeboran minyak pertamanya oleh perusahaan Belanda bernama Mathilda sebagai realisasi dari pasal-pasal kerjasama antara JH Menten dengan Mr. Adams dari Firma Samuel dan Co.
Maskot Kota Balikpapan adalah Beruang Madu (Helarctos malayanus) yang merupakan beruang yang paling kecil di dunia. Tinggi beruang madu hanya 1,2-1,5 meter dan beratnya kira-kira 65 Kg saja.
Beruang madu adalah panggilan di Malaysia dan Indonesia, sedangkan nama Inggrisnya adalah The Sun Bear. Ciri khas beruang ini memiliki ”kalung emas” dilehernya dan memilih makanan tanaman atau tumbuhan (herbivora)
Beruang madu sering dicari oleh pemburu satwa untuk diambil dagingnya untuk kepentingan medis tradisional. Ini menjadi ancaman bagi kelangsungan beruang madu.
Pemerintah kota Balikpapan terus berupaya melestarikan habitat beruang madu ini dengan menyediakan tempat khusus di Sungai Wain sebagai habitat alamnya.